Assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum
Salam Ukhwah... Mari berbagi kisah

Sabtu, 28 Juli 2012

Ukhwah ini, biar terbingkai Robithoh....

Tetap dengan hembusan nafas yang panjang, rasanya dada ini semakin longgar. Hm… Manalah mungkin, kesulitan tanpa kemudahan nantinya, sedang penyakit keras yang mematikanpun masih memiliki persentase kesembuhan. Lalu kenapa, masalah duniawi tak ada penyelesaian? Akhir-akhir ini, rasanya Alloh semakin dekat denganku, ada kekuatan yang dahsyat aku rasakan. Meski lelah ini semakin gemar menyelimuti hariku, peluh ini semakin deras. Ada genangan air mata tiap sujudku. Terselip kata, “aku tak mampu ya Rabb”. Inilah bentuk Cinta Alloh yang diberikan kepada hambaNya, terkadang cinta memang tak selalu dengan keindahan, karena kesulitan itu, mengajarkan kita, bahwa yang manis itu tak selalu nampak manis. Ada pedih yang menganga, ada banyak hal yang tak mampu terlisankan, tapi ada satu hal yang membuatku harus tetap tersenyum, selalu menyemangatiku, mengistiqomahkanku, dan membuatku terkadang cemburu, atau bahkan membuatku tertidur sejenak dari kehidupanku yang sebenarnya. Yakni, kebersamaan dengan insan pilihan Alloh, insan yang senantiasa meningkatkan cintanya pada sang pemilik langit dan bumi. Mereka serupa air terjun yang deras. Segar, jernih, menderu, dan mengalir pada satu muara, yakni Alloh. Kepadamu yang kusebut ukhti…. Aku mencintai kalian. Tak terdeskripsikan lagi seperti apa cintaku ini, yang pasti kusadari, aku selalu merindu membentuk lingkaran denganmu…. Bilapun waktu menghantarkan pada saat perpisahan, biar ukhwah ini tetap kita bingkai dengan ukhwah. Biar tetap indah dengan mahabah karnaNya. Biar terjaga, dan menjembatani kita saat hendak ke jannahNya…. Sabda Nabi s.a.w. yang mafhumnya: ”Perumpamaan orang mukmin dalam kasih sayang, ramah mesra dan hubungan baik mereka adalah seperti satu jasad, apabila satu anggota padanya sakit akan menyebabkan semua anggota berjaga malam menahan sakit.” [Riwayat Muslim]

Selasa, 03 April 2012

Refleksi Aktivis Dakwah Kampus


Peran da’wah kampus dalam melahirkan kader-kader yang ulama bukanlah PR baru dalam pergerakan da’wah kampus. Pergerakan da’wah yang telah memiliki beberapa mihwar, bukanlah berdiri sendiri-sendiri. Mulai dari syiar (LDK), siyasi (BEM), dan ilmi (Lembaga keilmuan), memiliki keterkaitan satu sama lain. Tapi sayangnya, ketiganya belumlah optimal dalam pergerakan da’wah kampus saat ini. Mimpi utama untuk menghadirkan nuansa islami dalam aktivitas akademik maupun non-akademik di kampus terkadang terlupakan. Aktivis da’wah kampus yang diharpkan mengenal trilogi da’wah kampus yakni fungsi agent of change (agen perubahan), fungsi social control, dan iron stock (cadangan keras), yang Idealnya ketiga fungsi ini berjalan seimbang dan optimal, namun fakta di lapangan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Kebanyakan para aktivis justru lebih sering mengkritik satu sama lain, bahkan mirisnya tanpa ada upaya perubahan, dan solusi cerdas yang diberikan. Rintangan yang semakin menghadang sesama pendukung da’wah, tarik-menarik peran, bahkan ada yang merasa memiliki peran paling urgent dalam da’wah, Egoisme yang semakin nampak, berjalan tanpa melihat sayap kanan maupun kiri. Bagaimana hendak mencapai kata islam Berjaya???
Ironis memang.


Desain setting yang diharapkan dapat menjadi lumbung kader, memerlukan konsepan matang dan amal nyata bagi penggerak da’wah. Produk yang dihasilkan bukan semata-mata hanya memiliki fikroh islami, tetapi juga spesialisasi dalam bidang keilmuannya serta berwawasan global. Namun lagi-lagi, kita masih terlalu asyik merasa paling istemewa di jalan da’wah ini.


Merujuk dari hal-hal diatas, dapat kita analogikan seperti sebuah perjalanan, kita telah memiliki peta dan tujuan yang jelas, ternyata masih banyak aral melintang, bukit-bukit yang terjal, atau sesekali mengharuskan untuk menyelami lautan. Da’wah ini tidak berdiri sendiri. Ada keterkaitan satu sama lain, saling mendukung dan melengkapi. Syiar, Siyasi, dan ilmi, adalah satu tubuh yang nantinya dapat mencetak kader-kader militan, siap memasuki posko-posko yang telah di siapkan.


“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua ; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku
”(Al-anbiya:92).


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan Allah dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (As-shaf : 4)


“sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu, dan berta’walah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-Hujurat:10).


NB : Catatan ini di buat untuk ana pribadi, terinspirasi selepas diskusi dengan ukhti-ukhtina sekalian. semoga bisa bermanfaat untuk saudara2 seperjuanganku yang berada di masing-masing medan da'wah.

Sabtu, 04 Februari 2012

Siapa Bilang HATI nggak Butuh Terapi?


Kalau berbicara tentang seonggok darah yang terbentuk dalam tubuh kita memang tak ada habisnya. Hal ini sangat urgent untuk dibahas. Why??? Yuppp…. Pasalnya hati merupakan parameter kebaikan dan kejelekan tindak anggota tubuh manusia. Seperti yang pernah dikatakan Rosulullah s.a.w :
“...Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia itu adalah segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari)

Memang hati kita memiliki kondisi yang beragam, hingga akhirnya tercermin pada sifat, sikap, maupun keadaannya. Ini juga yang menjadi perhatian tentang beragamnya penyakit yang ada di dalam hati, seperti : kelalaian, iri, dengki, labilitas, olok-olok, riya’, munafik, dan sederet penyakit hati lainnya. Penyakit tersebut kerap kali menimpa pada zona kehidupan manusia, dan menjadi ujian yang besar bagi yang menderitanya. Penyakit ini bisa menjangkiti anak Adam, dimanapun dan kapanpun dia berada. Baik dalam bentuk ibadah, ilmu, syahwat, pangkat, kedudukan, wanita, dan lain-lain. Nah… agar kita dapat menetralisir penyakit yang ada di dalam hati, ada beberapa terapi yang perlu di aplikasikan, diantaranya:

1. Menyempurnakan Rasa Cinta kepada Allah
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165)

2. Ikhlas
Ikhlas dalam beramal sangat berpengaruh untuk mendapatkan ketenangan hati dan kesejukan didalam dada.

3. Ittiba’ yang baik
Senantiasa menjadikan nabi Muhammad sebagai panutan dalam segala hal.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)

4. Dzikrullah
Merupakan sarana penting untuk mengembalikan kondisi hati menjadi tenang dan tentram. Ketahuilah, dengan dzikir kepada Allah, hati akan menjadi tenang

5. Positif Thinking
Berfikir positif erat kaitannya dengan keadaan yang dialami oleh manusia/kondisi saat ini. untuk itu senantiasa Husnuzhan Billah (berprasangka baik terhadap Allah).
“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku” ( HR. Bukhari)


6. Terapi lainnya
Terapi lainnya yang dapat dilakukan adalah melakukan banyak ketaatan, berdoa, berkumpul dengan orang sholeh, dan memperdalam ilmu agama.
Itulah beberapa terapi yang terkait dengan hamba yang terdiagnosa Penyakit hati, Semoga bernanfaat dalam meraih Ridha Ilahi. Amiin…
“Hati ibarat raja, sedangkan anggota badan adalah pasukannya. Apabila baik rajanya maka baik pula pasukannya, apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya.” (Atsar Shahih: Riwayat al-Baihaqi)

(Rismalia Az-zahra)