Assalamu'alaikum

Assalamu'alaikum
Salam Ukhwah... Mari berbagi kisah

Sabtu, 23 Juli 2011

Puisi-Puisi


Salam untuk Air mata

salam airmata, Hati yang gersang
engkau yang hadir dengan sejumlah aib
yang selalu membawa dosa dan tak malu mengulanginya

salam cinta wahai airmata yang tak pernah berhenti meluruh
menghiasi mimpi yang terbentuk di singgasana bertahta
lalu terciptalah luka dan hampa di lembah hitam yang suram, wahai kalbu...

wahai airmata, usaikanlah mengirim dzikir
seperti sungai yang mengalir hingga sampai ke samudera
biar itu berarti menangis...

Lepas, lepaslah air mata...
seperti hujan di negeriku...




Jemput Aku


Jemput aku pada sebuah pertemuan,
dimana kudapati jalan yang terbentang luas
dan hujan yang meluruhkan kekusuhan

jemput aku pada sebuah pertemuan,
dimana tak ku dapati lagi lembaran kisah yang melambaikan kegersangan.

jemput aku pada sebuah pertemuan.
dimana aku dapat tertidur lelap, dan membias senyum disisi-MU



Mungkin


Mungkin aku tak mengenal-Mu hingga terseok
Mungkin aku tak mencintai-Mu hingga terkapar
Mungkin aku tak memikirkan-Mu hgga terpuruk
Tapi aku menginginkan-Mu hingga terkubur



Sajak untuk Ibu


Tersenyumlah seperti keramaian kicau burung senja ini,
aku selaksa alur fikir yang selalu mengenangmu
dalam hari yang penuh misteri

Lihatlah! ada harap yg membara di ruang mataku, ibu…
Ada kata yang tak sanggup ku ucap oleh bibir
Cintaku luas ibu, Melebihi hamparan sawah yang paling luas membentang
Cintaku panjang ibu, melebihi jalan yg tak berujung
sungguh!!!



Detik yang tersisa

oleh Rismalia Az-zahra,31 Januari 2011 jam 5:37

Kita memang bisa menebar senyum, sekarang dan esok.
Taman kita tak dipenuhi dengan bunga, memang…
tapi ia tak segersang lahan tandus dan sekumuh tumpukan sampah

Detik-detik yang tak lagi terhitung telah kita lewati,
diantara lembah dan jalanan yang terjal
diantara warna yang tlah dibiaskan langit, meski mendung perlahan mengeruk cahaya yang terpancar.

kita terus menapaki janji, memperbaharui kehidupan, dan meraup serpihan luka yang terserak di branda.

Mumpung waktu tersisa, kita tata melodi penuh cita…

Butiran air
oleh Rismalia Az-zahra, 12 Februari 2011 jam 6:44

Masih ku rasa bekas hujan kemarin.
bisiknya lembut pada pohon kayu
kelopak bunga semarak menyambut
lalu butiran air di atas dedaunan, diam-diam tergelincir dan lenyap.

Hening...
Senyap jiwaku
Ya... semua serupa butiran air itu, akan Menghilang...



Bintang kembar

Bintang itu menjelaskan tentang gerak langit yang samar pada setiap malam,
dan sinarnya kemilau menusuk bumi.

Bintang itu, menuturkan doa, di setiap cahaya
ada kebeningan dan kelembutan
dan ia tetap benderang, menyelinap di antara susunan malam.

Dua bintang yang terus benderang,
mencuri hati dan menghantarkan tidur penuh harapan.
tetaplah bersinar..


indralaya, januari 2011 (Teruntuk adik tersayang)



Kumbang yang mendahului


Dan semua terasa begitu cepat,
pahit yang pekat pada krongkongan
lalu meracuni seluruh tubuh.

Memang ku biarkan kau meracik ramuan,
ku harap serupa madu yang di hisap oleh kupu-kupu perak di taman, dahulu...

Sekarang, nadiku terasa tak berdenyut,
sama halnya sayap-sayap yang tak sempurna mengepak, ternyata kumbang mendahului menyapa bunga-bunga yang merekah...


Bahasa air mata

karena terlahir sebagai seorang perempuan,
maka air mata pun berbicara,
selebihnya hanya gema yang sebentar lagi kan tenggelam
tak ada sajak, karena tlah tersekap di anatara kepitan dinding pembatas,
hanya lewat jendela rumah,

ku intai angin yang meliukkan dahan-dahan di halaman
lalu tak pernah lagi ku harapkan malam yang bersolek keanggunan bulan,
lantaran mimpi terkoyak
oleh nasib yg memburu hinggaa tak dapat memilih,
sedang jiwa tak jua mengerti.


Kita...
Baru kemarin kau mengenalku
Pagi ini, ku dapati kau tersenyum padaku.
Lalu kita berjalan bersama, berhenti sejenak,
melukis jutaan panorama hati,
kemudian kita bukukan dan kita abadikakan dalam catatan nirwana.

Ya... Kita memang harus mempertaruhkan kebersamaan yang kelak menjadi kenangan

Lalu,sempat kau diam sejenak
Aq tau,'diammu bisa jadi kata2'
karna pelupuk matamu mengisyaratkan genta yang ingin kau gaungkan; tertahan.

Ah... Kau masih saja tersenyum,
menjadi serbuk
dan kemudian merekah.

Kemudian siang tadi,
kita berteduh di bawah rindangnya pepohonan; duduk dekat sekali.
Menikmati desiran angin yang meliuk dan mengejawantahkan betapa lemah dan lusuhny jiwa

Mungkin, sore nanti, ketika kita masing-masing pulang dan menutp pintu rumah,
cerita ini kan menjadi mimpi saat kau terlelap
jika ternyata esok kita tak jumpa d persimpangan,
kikislah satu persatu luka yg pernah ku kirim dan belum sempat ku lumatkan
Ketahuilah, bersamamu adalah kerinduan yg tak dapat di hentikan pada urat nadi...


Teruntk Lingkar Cahaya-q yg menyamarkan keheningan dg isyarat.


Musim berburu dan bertani


Bicaralah padaku tentang anak panah yang di lesatkan oleh tangan tanpa ragu dan takut,
kemudian beri aku busur dan anak panahnya,
supaya ku pada sasaran yang ingin ku bidik.
Lalu, jika musim berburu tlah beranjak dan berubah menjadi musim bertani,
ajarkanlah padaku tentang menanam dan merawat padi d sawah,
tentang memupuk, menjaga dari serbuan beribu-ribu belalang, dan kemudian ku dapati hasil yang sekiranya dapat mengenyangkan perut warga yang kelaparan...


Puisiku adalah sayap-sayap

oleh Rismalia Az-zahra pada 20 Juni 2010 jam 2:27
Pada irama nadiku ada suara yang berhamburan,
diantara puing-puing yang menyisakan bermilyar debu yang tak nampak dan menyesak

pusiku adalah sayap-sayap...
yang membawaku terbang mencari SATU CINTA

puisiku adalah sayap-sayap...
yang mengajakku meregup madu pada mawar yang bermekaran

puisiku adalah sayap-sayap
yang menyapu debu di keluasan.

senja yang singkat,
puisiku adalah sayap-sayap...
yang mengantarkanku pulang di balik keranda


Bidadari itu permata yaqut dan merjan...

oleh Rismalia Az-zahra pada 31 Mei 2010 jam 5:06

serupa sinar yang berpendar
kau terpancar untuk dunia

gemercik sungai syurga,
harum bunga-bunga semerbak dalam balutan busana
kau tersenyum malu-malu
seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan merjan,
yang di jaga keperawanannya oleh malaikat

dan, kau tetap dalam diam
sebelum bahtera berlayar kepadamu,
setiap waktu kau sibukkan karenaNya
tak pernah alpha mengeja kata satu persatu

maka, kau lebih indah dari bidadari-bidadari syurga...


Ya Humairah...

oleh Rismalia Az-zahra pada 09 Mei 2010 jam 6:46

Dalam hening pekat malam
kau berjamaah dengan ayat-ayat dzikrullah,
kalbu berderai hujan air mata
bersama desauan angin mengurai kesejukan
serupa embun pagi dini hari

Engkau...
Perempuan yang terbit dengan sinar berkilau
serpihan cahaya memukau,
seolah bidadari permata yaqut,
para malaikat menjaga keperawananmu,
para malaikat membentangkan sayap untukmu.
Bagimu cinta adalah amalan hati,ataupun syair yang berbisik usai sujud terakhirmu

Engkau....
Perempuan yang menghiasi hamparan sajadah,
mendekap bunga-bunga mahabbah
mengusap wajah yang malu-malu berlumpur dosa,
ya humairah... Ya... Humairah... Kau Serupa kuncup mawar
semerbak di sepanjang jalanan.

Ketika ku mencintaMU...
oleh Rismalia Az-zahra pada 07 April 2010 jam 3:07
Ketika ku mencintaiMu..
Seberkas cahaya menerangi jalannan yg rapuh


ketika ku mencintaiMU..


Ku bacakan mantera dari kitab yg terjaga,
saat kata tak butuh irama

ketika ku mencintaiMU..
Tak ada bimbang berjamaah setiap subuh maupun larut...

Ketika ku mencintaiMU,
inginku menatapmu, tanpa purdah atau apapun itu

ketika ku mencintaMU...
Tertulis jutaan panorama batin yang kuabadikan dalam setiap desahan nafasku...

Ketika ku mencintaiMU...
Seseorang mendekat menawarkan minum dengan isyarat...


Nikmati hari tua....

oleh Rismalia Az-zahra pada 08 Februari 2010 jam 13:23
Berteman dengan udara,
tak pernah membuat kita merasa lelah dan lemah,
terbila malam menyapa, tak perlu cemas,
kaki takkan melangkah jauh,
mulut takkan terucp 'selamat tinggal'

disini...
Rumah yang kita pakai untuk menulis beribu kisah tawa dan kenakalan anak-anak
takKan pernah terusik,
meski amarah pernah ku cipta,
biarkan menjadi kerekatan kasih antara kita..

Dibawah rembulan,
kita nikmati malam masa tua,
tangisan dan canda anak-anak menjelma senyap,
hanya desis angin tak pernah branjak,
tapi... Tak perlu airmatamu mengalir,
doa dan bunga senantiasa mereka kirim berSama udara yang menjadikan kita tak pernh merasa tua,
aku hanya ingn cahaya dari senyummu
tak pernh sirna menemani sisa waktu.....


Bahasa seorang suami kepada istrinya, Teruntuk Ayah bundaQ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar